6 Tips agar Menulis jadi hobi

Leave a Comment

Banyak yang bilang, menulis adalah pekerjaan paling berat di dunia. Selain membosankan, menulis itu sepi, monoton, dan butuh ketahanan tinggi. Bahkan, banyak penulis besar yg masih merasakan proses menulis sebagai sebuah beban berat. Dalam memoarnya, Haruki Murakami menyebut pekerjaan menulis sebagai pekerjaan yang tidak sehat, sehingga harus diimbangi dengan berolahraga. Nah, gimana kabarnya dengan kita yg pemula ini?
Memang, menjadi penulis adalah sesuatu yang istimewa, karena itulah prosesnya menjadi terasa berat untuk sebagian orang. Namun, calon penulis yang keren tidak akan menyerah sebelum bertanding. Jika kamu ingin jadi penulis, kamu harus mampu bertahan menulis. Dalam kesempatn kali ini, kita bahas bareng yuk tips-tips untuk menjadikan kegiatan menulis menjadi lebih menarik.


“Seorang penulis itu menulis, bukan bermimpi menulis."
Apa yang membuat menulis menjadi terasa sedemikian berat? Banyak sekali yang menjadi penyebabnya seperti: mati ide Menulis , bosan, capek/kelelahan karena duduk terlalu lama, sepi, dan 1001 alasan lainnya yang menjadikan menulis artikel terasa sangat berat. Namun, sebagaimana aktivitas-aktivitas lain, menulis juga bisa menjadi proses yang menyenangkan untuk dijalani, Jika kita tahu apa saja tips-tipsnya. Berikut ini beberapa tips yang bisa kamu coba untuk menjadikan proses menulis terasa lebih menyenangkan:


6 Tips agar mudah menemukan ide dan Menulis jadi hobi yang menyenangkan


1 Memperbanyak bacaan

Membaca adalah sumber inspirasi terbaik bagi para penulis. Ketika kita tidak tahu harus menulis apa lagi atau kehabisan ide menulis , bacalah! Mati ide adalah salah satu musuh terbesar penulis. Tiba-tiba saja nggak ada ide. Cerita berhenti di tengah. Nggak tahu mau nulis apa lagi. Macet ide ini biasanya pertanda bahwa otak kita sedang lelah, atau bisa juga otak kita sudah kehabisan bahan untuk menulis. Habis ide adalah tandanya bahwa proses menulis membutuhkan pemberhentian sejenak, atau kepala perlu diisi lagi dengan bahan-bahan baru.


Bacalah sesuatu yang berbeda dengan yang kamu tulis. Bacalah sesuatu yang selama ini jarang kamu baca. Bacalah, puisi, misalnya. Bacalah puisi, perhatikan pilihan kata-kata tak biasa yang digunakan penulisnya, yang membuat puisi itu seperti bernyanyi di telinga. Membaca puisi, atau karya sastra lain, dapat menyegarkan sekaligus memperkaya sumber ide dalam kepala kita. Kita dihibur oleh kata-kata.


Ketika menulis, kamu mungkin tersiksa oleh kata-kata yang harus kautulis sehingga menulis jadi beban. Berhentilah sejenak, bacalah puisi. Kalau tidak ada puisi, bacalah lirik lagu-lagu populer. Resapi keindahan pilihan katanya, biarkan kata-kata itu menghibur kita. Penulis membutuhkan dihibur oleh kata-kata, setelah dia 'disiksa oleh kata-kata.' Kesimbangan antara keduanya adalah keharusan. Kalau tidak suka puisi, baca yg lain; komik, majalah, surat kabar, atau surat kenangan dari sang mantan. Temukan kembali keindahan kata-kata. <\p>

Inilah pentingnya seorang penulis untuk juga banyak membaca selain tekun menulis, agar ada kesimbangan di antara keduanya. Seorang penulis sejati tidak bisa berpisah dari menulis. Bosan mungkin, tapi tidak untuk berpisah selamanya. Ibarat kenangan akan sang si dia yang dulu dicinta. Maka membacalah, temukan kembali keindahan putaran dan ayunan kata-kata dalam tulisan agar kamu kembali bersemangat.


"Aku suka menulis. Aku menyukai putaran dan ayunan kata-kata yang dengan indahnya berkelindan dengan emosi manusia." (J.A. Michener)


2 Menulis untuk menulis

Salah satu hal yang membuat menulis terasa begitu berat adalah berbagai aturan rumit yang melingkupinya. Menulis cerpen itu harusnya begini, nulis novel itu nggak boleh begitu, esai yang baik itu kayak gini, artikel yang kece tuh kudu begonoh. Terlalu banyak aturan kadang malah menghambat proses kreativitas dalam menulis karena kita merasa dikekang harus ini itu, begini dan begitu. Ketika menulis, menulis saja. Bebaskah dirimu, abaikan dulu si typophobia atau si grammar nazi yang kaku itu. Menulislah dulu sampai selesai. Menulis sebanyak-banyaknya, sebebas-bebasnya sehingga kamu menikmatinya. Ketika kita mampu menikmati proses menulis, ide akan mengalir dengan lebih lancar. Menulis tak lagi menjadi beban. Tidak apa melakukan salah ketik, atau salah menulis kalimat, abaikan dulu. Nanti akan ada waktu untuk memperbaikinya dalam proses editing. "Menulislah dengan bebas dan secepat mungkin dan tuangkan semuanya ke atas kertas. Jangan melakukan koreksi atau menulis ulang sebelum semuanya habis kau tuliskan." (John Steinbeck)


Takut melakukan kesalahan dalam menulis malah dapat menghambat kreativitas. Kita tidak jadi menulis karena menulis terasa begitu membebani. Kadang, seorang penulis hanya membutuhkan 'ruang bebas' untuk berkreasi sehingga bisa menuliskan karya terbaiknya. Menciptakan ruang bebas ini diantaranya adalah dengan membebaskan diri sejenak dari semua aturan menulis. Menulis ya menulis saja dulu. Tulis dulu sampai selesai, abaikan salah ketik atau kalimat rancu. Tulis sampai selesai, tulis dengan hati ringan dan riang. Nanti akan ada saat untuk membaca kembali tulisan kita, untuk mengecek ulang salah ketik, untuk memperbaiki kalimat yang kurang luwes. Tulisan yang jelek tapi selesai adalah lebih baik dari tulisan bagus yang tidak pernah diselesaikan. Setidaknya, yang jelek bisa diperbaiki. Kalau tulisannya saja nggak pernah ditulis, apa yang mau diperbaiki? “Dan nikmatilah, karena menulis itu seharusnya menyenangkan.” (Karen Miller)


3 Menulislah tentang yang kamu sukai

"Jika ada sebuah buku yang ingin kau baca, tapi buku itu belum juga ditulis, maka engkaulah yang mesti menulisnya." (Toni Morrison)
Menulis cenderung jadi lebih menarik ketika kita menyukai apa yang kita tulis. Apakah kamu senang menulis cerpen, novel, artikel, esai, usalan buku, atau bahkan naskah pidato? Tulislah yang kamu sukai. Menulis terasa semakin tidak menarik ketika kita menulis sesuatu yang tidak kita sukai. Siapa sih yang suka menulis kas bon di warung? #duh. Seperti dulu, saat harus menulis surat cinta untuk calon gebetan (yang kini sudah mantan), menulis puisi indah jadi mudah, karena kita suka. Demikian juga saat menulis, kita akan lebih mudah tertarik dan betah menuliskan sesuatu yang kita sukai. Ini penting bagi penulis pemula, pertama-tama menulislah hal-hal yang kamu suka untuk menuliskannya. Nanti, setelah jam terbang menulismu sudah banyak, kesukaanmu dalam menulis akan semakin meluas dan kamu bisa menikmati menulis banyak hal.
Min, aku sukanya nulis surat. | Tidak apa-apa. Itu juga menulis. Emang nulis surat apa? | Surat izin nggak masuk sekolah buat bolos maen | ("-__-)


4 Pamerkan tulisanmu

"Ketika buku pertamaku diterbitkan, hari itu kuhabiskan dalam mimpi bahagia." (Enid Bagnold)
Dalam perlombaan lari, seorang pelari kadang butuh tepuk tangan agar bisa terus berlari sampai garis finish. Tepuk tangan, pujian, penghargaan, atau sekadar 'like' dan 'retweet' dari teman kadang akan menjadi pemompa semangat yang dahsyat. Pamer kekayaan itu bikin malesin. Tapi, kalau pamer karya? Ya boleh lah walau ada sombongnya dikit-dikit hihihi. Pamer karya ini bisa dilakukan lewat blog, status FB, cuplikan twet di twitter, atau menunggah satu bab di akun web kepenulisan yg hits itu. Menurut Abraham Marslow, manusia membutuhkan 5 kebutuhan paling mendasar agar tetap bahagia. Salah satunya, kebutuhan aktualisasi diri. *Weleh, ini tadi Miminnya kesambet apa ya kok referensinya Abraham Marslow?* *mabok eyeliner kayaknya. Kebutuhan aktualisasi diri ini berkaitan dengan eksistensi, dengan pengakuan bahwa dirinya ada. Dalam bahasa sederhana, kadang memang kita butuh pamer.Inilah mengapa di media sosial banyak sekali kita temukan orang-orang yang pamer, baik disengaja maupun tidak. Karena, pamer itu kebutuhan.


"Saya pamer maka saya ada." (ATiK_iNgInCelaLuDisaYangi, Selebgram, 1K followers--nyambi jualan jamu tetes) Dengan 'memamerkan' tulisan kita, secara tidak langsung kita sebenarnya sedang mencari dukungan agar proses menulis itu dapat terus berjalan. Memamerkan sedikit karya kita juga akan menjauhkan kita dari sindrom kesepian yang sering menyerang para penulis. Bahkan sekadar dua likes untuk sedikit tulisan kita akan menjadi bukti bahwa ada orang-orang di luar sana yang mendukungmu, lanjut terus! Tentunya, pamernya jangan kebablasan ya. Pamer karya itu baik, tapi kebanyakan pamer karya juga bikin ilfil linimasa. pamerlah dengan cara yang anggun. Pajang tulisanmu, sebagian saja dan jangan semua. Bahkan 5 likes pun akan sangat menyenangkan. Kita merasa bangga ketika ada yang menyukai sedikit tulisan kita. Ini sesekali perlu untuk menyegarkan kembali semangat menulis yang loyo. Jadi, jangan takut atau merasa alay untuk sesekali memamerkan tulisanmu. Yah, itung-itung latihan menghadapi kritikus sastra gitu #eaakk *ngarepnya kecepetan woy*
"Tak mengapa pamer karya, daripada pamer harta!" (Wahyu--karyawan swasta, pas tanggal tua)


5 Kenali tujuan menulis

"Aku suka menulis waktu merasa kesal; itu seperti bersin yang melegakan." (D.H Lawrence) Kita cenderung tertarik kepada sesuatu yang memang kita membutuhkannya. Menulis tidak akan lagi terasa membebani ketika kita merasa butuh untuk menulis. Sebagaimana pelukis butuh melukis, penulis butuh menulis. Bagaimana cara menjadikan menulis sebagai kebutuhan? Rutinlah menulis, jadikan ia sebuah kebiasaan seperti kebiasaan kita mengenang mantan. Mantan lagi mantan lagi ck ck ck. Ketika menulis sudah menjadi kebiasaan, lama-lama ia akan menjadi sebuah kebutuhan. Pikiran terasa penuh ketika seminggu saja tidak menulis. Karena sesuatu yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan akan turut membentuk karakter. Maka, biasakanlah untuk menulis agar kamu terbiasa untuk menulis dan kemudian hal itu turut membentuk karaktermu sebagai penulis.
"Hanya dengan menulis setiap hari, seseorang dapat menjadi penulis. Jika tidak, dia akan tetap jadi seorang amatir." (Gerald Brenan)


6 Belilah perangkat menulis kelas satu untuk menghasilkan karya kelas satu

Kadang, sesuatu jadi menarik ketika sarana pendukungnya juga menarik. Jika kamu mantap ingin jadi penulis, jangan ragu untuk menginvestasikan uangmu pada perangkat-perangkat terbaik untuk menulis. Belilah laptop jika memang itu bisa membuatmu tekun menulis. Menabunglah, atau beli dengan sistem kredit dengan bunga rendah. Jika kamu mantap untuk jadi penulis, mulailah menabung untuk membeli laptop atau komputer sendiri, meskipun tidak selalu harus demikian. Untuk bisa jadi penulis, memang tidak perlu menunggu memiliki laptop dulu. Kita bisa menulis di kertas lalu diketik di rental komputer atau warnet. Tapi, jika kamu ingin fokus menulis dalam jangka panjang, lebih baik mulailah menabung untuk membeli laptop atau komputer. Ini sebagai bentuk invetasi jangka panjang kita sebagai penulis, agar proses menulis itu bisa lebih lancar dan menarik. Seperti tukang ojek yang membeli motor baru untuk menarik penumpang, seperti inilah membeli laptop/PC bagi penulis. Ini namanya investasi kalau kata Mbak Feni Rose.


Tapi tidak harus memaksa, kita juga harus tahu dengan kemampuan sendiri. Jika memang belum bisa beli dalam waktu dekat, menabunglah dulu. Perangkat yang kita beli dari hasil tabungan dan kerja keras sendiri biasanya lebih awet, karena kita menghargai dan menjaganya. Jangan ragu membeli perangkat yang memang kamu butuhkan, kalau perlu pilih yang terbaik. Tapi kalau duit mepet, cari yang standar saja. Anggap ini investasi jangka panjang, kayak jodoh.


Saran ini kedengarannya kurang bijak dari sisi keuangan, tapi kadang kita memang perlu didorong untuk berani ambil risiko demi kebaikan kita sendiri. Kadang, utangan kredit laptop itu sendiri malah bisa jadi semakin menyemangati kita untuk menulis dan berkarya agar bisa membayar kreditnya. Terkadang, kita kudu dipaksa dulu untuk mengeluarkan potensi diri secara maksimal. Salah satunya, dipaksa beli barang mahal tapi dibutuhkan. Jika ingin unggul, jangan setengah-setengah. Berikah yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik juga. Dunia adalah milik para pemberani. Separuhnya bahkan adalah milik mereka yang berani mengambil risiko demi meraih impiannya. Jadi, tetap semangat ya.
"Jika ingin memenangkan apa pun, perlombaan, diri sendiri, kehidupan, engkau harus sedikit kalap." (William Shakespeare)


sumber ; https://www.facebook.com/notes/penerbit-diva-press/6-tips-agar-menulis-jadi-asyik/1184617054913410/
If You Enjoyed This, Take 5 Seconds To Share It

0 comments:

Posting Komentar